Pendekatan Digital Rumah Belajar KEMENDIKBUD

Panel Pemaparan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat (BKLM) dan Kepala Pustekkom tentang tema Guru dan Kesejahteraan, Digitalisasi Sekolah/Pembelajaran. Bertempat di Perpustakaan Kemendikbud, jadi Mam menghadiri undangan dengan para blogger lainnya.

Temu Blogger, 30 November 2019 dihadiri narasumber :

  • Ade Erlangga, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat (BKLM) yang mengangkat materi tentang pendidikan karakter sebagai gerakan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa.
  • Hasan Chabibie, Kepala Pustekkom sebagai narasumber utama yang mengangkat materi tentang Inovasi Digitalisasi Sekolah Menggunakan Portal Rumah Belajar

Bapak Hasan Chabibie berbagi cerita dan pengalamannya. Salah satunya mengenai sekolah traditional yang serba tidak bercukupan tetapi bisa menghasilkan karakter murid yang berpendidikan, sebagai contoh SMA 1 Sumedang banyak sekali menghasilkan orang-orang sukses. Jadi bukan dari infrastruktur yang dijadikan terpenting, yaitu Guru Karakter paling utamanya. Mengenai karakter, tokoh Pahlawan seperti RA Kartini, terbiasa menulis catatan harian di awal mulanya, terkenal dengan kalimat Habis Gelap Terbitlah Terang. Beliau sudah terbiasa menulis atau membaca catatan harian. Kita juga dengan waktu sudah semakin terbiasa nulis tentang dia ataupun seseorang.

Menulis tentang Pendidikan, banyak hal yang bisa kita bahas dari referensi mengenai apa saja. Pendidikan bisa dilihat dari aspek-aspek tertentu, satu titik pembahasan tetapi bisa di bahas lebih dalam yang luar biasa. Harus kita analisis terlebih dahulu.
Balik mengenai karakter, Seorang Guru akan membangun menciptakan murid seperti apa, diibaratkan seorang pelukis, akan mau dilukis seperti apa muridnya.Guru itu mengukir kepribadian, mengukir sejarah. Untuk di ketahui di Jerman guru gaji paling tertinggi, dan keduanya hakim. Karena transformasi nilai, guru tidak harus berprofesi seorang guru, mereka menciptakan nilai keinginantahuan yang tinggi. Karakter anak didik harus kuat, jadi harus kuat juga menjadi seorang guru. Dengan cara membaca karena jembatan ilmu pengetahuan. Seperti Guru digugu dan ditiru.

Membuka topeng dan nilai-nilai norma yang tidak mendukung yang tidak baik. Berfikir kritis banyak bertanya sesuatu itu anak yang positif, dan tidak boleh mengucapkan anak nakal karena bisa menjadi doa. Teorinya memberikan label, anak tidak kreatif nakal bodoh itu menyebabkan jadi tidak semangat untuk mengubah. Nantinya anak itu menjadi mengidentifikasi dirinya menjadi seperti panggilannya tersebut.

Beliau menjadi komunitas pertama, untuk saling menggagas. Buat tesis tentang tauran pelajar, kebanyakan anak-anak terlibat tauran karena sekolahnya kurang disiplin. Budaya kekerasan ada disana, transformasi nilai dari tahun ketahun. Nilai positif yang harus kita bangun serta jiwa yang sabar. Mempunyai Visioner 5 tahun kedepan harus bisa kita jawab. Semuanya sangat dipengaruhi oleh value.

Ahli teknologi pendidikan, bagaimana kedepan peranan pendidikan bisa lebih luas, dengan menguatkan karakter, membangun konten atau menguasai konten bisa kemana saja menciptakan, menggagas dan kemana saja bisa. Dengan digitalisasi akan menyebar luas lebih cepat. Tetapi sistem digitalisasi tidak bisa menjadi peranan seorang guru. Peranan Guru mengajarkan langsung muridnya ada unsur tatap muka, empati, perasaan, bangga, bahagia, apresiasi dan kepekaan hati lainnya. Jadi pembentukan karakter tidak bisa menggantikan digital. Kemendikbud kedepannya akan mengambil semua pendekatan bukan hanya saja pendekatan digital. Terjadi mobilitas yang cepat. Mau masuk mobiltas vertikal berarti sekolah S1, S2 dst. Pandangan kritikal prespektif, dunia ini menciptakan kapitalisme. Pendidikan menciptakan kapitalisme buktinya dengan sekolah mahal. Nantinya akan menguasai kelompok pengikut maksimal. Bahas mengenai pendidikan berbeda tentang politik/ekonomi dll. Marilah kita bangun bersama, kelemahannya kita bangun Bersama-sama juga…

Di 30 Tahun kedepan, anak-anak nantinya tidak akan mengerti cita-citanya mau menjadi apa, dan guru yang tidak mau belajar pasti akan tergantikan dengan teknologi. Teman-teman blogger bisa membantu khalayak lebih luas, diharapkan murid bisa merdeka belajar, memungkinkan untuk melakukan aktifitas lainnya.Nantinya bisa menciptakan alat-alat untuk mendukung pembelajaran. Rumah belajar diluncurkan tahun lalu, satu inovasi pembelajaran. Dengan slogannya belajar dimana saja, kapan saja dan dimana saja.

Instal Rumah Belajar, masuk ke Playstore, kontennya semuanya gratis. Desember 2019 akan ada 1000 konten baru.
Rumah belajar sudah diluncurkan tahun lalu, satu inovasi pembelajaran.
“Belajar dimana saja, kapan saja dan dimana saja”

Perpustakaan di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang terletak di Jalan Jendral Sudirman, Senayan Jakarta Pusat. Sudah tersedia Sistem Integrasi Koleksi Perpustakaan Kemendikbud atau yang dapat disingkat dengan (SIKOPER) yang dapat mempermudahkan teman-teman pemustaka untuk mencari bahan referensi. Tempatnya juga nyaman, dan lengkap karena memiliki 203.000 koleksi dan 11.000 koleksi buku terbitan Kemendikbud. Selain terdapat Ruang Baca, ada ruang kelas, ruang Diskusi / serbaguna, ruang audiovisual, ruang koleksi anak, katalog online, mini teater, akses internet, dan foto copy.

Mam jadi betah berlama-lama di Perpustakaan Kemendikbud, keperpustakaan sudah tidak menjadi hal yang membosankan karena selain asyik cari ilmu, ada beberapa spot yang asyik buat foto-foto. Serunya ke Perpustakaan.

 

 

 

 

http://www.perpustakaan.kemendikbud.go.id
https://instagram.com/perpustakaandikbud
#Pekanperpusdikbud2019

https://instagram.com/rosnirazandra

 

 

 

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *